Promo Buku Paling Yahud

Saya dan suami senang mencoba tempat-tempat kuliner baru. Eh, sebelum diprotes suami saya ralat sedikit. Saya suka mencoba tempat-tempat kuliner baru dan sebagai pendamping yang baik suami saya senang-senang saja dengan hobby saya ini. Dia jadi teman buat nyicip tempat makan baru plus sponsor utamanya, yang ngebayarin dia. Hihihi….

Dalam mencoba tempat-tempat makan itu, biasanya setelah makan kami akan mengambil kesimpulan akan tempat makan itu. Ada tempat makan yang akan kami datangi lagi, ada tempat makan yang Cuma sekadar tahu saja bagaimana rasa masakan di sana dan tidak berminat balik lagi, ada juga yang 50 : 50, enggak niat balik sana tapi kalau lagi pengin ke sana ya boleh aja sih makan di sana. Dalam hal ini masalah rasa dan harga memang jadi pertimbangan utama. Kalau rasanya cocok alias enak, dan sesuai dengan harganya, maka ada kemungkinan kami bakal balik lagi makan ke sana. Continue reading

Resensi Aku, Juliet di Tribun Kaltim

Alhamdulillah kemarin 19 Oktober 2014 resensi saya dimuat di Tribun Kaltim. Nggak nyangka juga sih bakalan dimuat, karena kan baru minggu sebelumnya resensi Sabtu Bersama Bapak juga dimuat.

Apa mungkin karena saya satu-satunya yang ngirim resensi? Jadi, saya melenggang mulus tanpa saingan. Hihihi…

Resensi kali ini novel karya Mbak Leyla Hana yang diterbitkan Moka Media. Judulnya Aku, Juliet. Sabtu siang saya dapat email dari redaksi minggu Tribun yang meminta saya mengirimkan foto diri saya. Trus saya nanya apa resensi saya dimuat besok. Dibalas malam hari dan bilang kalau resensi saya memang dimuat besok. Continue reading

Baju Bening untuk Buku

Saya bukan termasuk orang yang rajin sekali memberikan sampul pada buku koleksinya. Ada kan ya orang-orang yang begitu punya buku baru langsung dikasih sampul plastik. Saya bukan orang seperti itu. Walaupun sampul buat buku itu nyaris selalu tersedia di rumah, tapi saya akan menyampuli buku saya itu kalau mood-nya benar-benar pengin aja 😀

Saya pernah menyampuli buku saya secara massal saat menjelang menikah dulu. Saya membeli plastik bening meteran itu, mengguntingnya sesuai ukuran buku dan menyampuli buku-buku saya satu per satu. Mungkin itu upaya saya untuk menghibur para buku agar mereka tak terlalu sedih berpisah dengan saya. Karena sebagian besar dari mereka akan saya tinggalkan di rumah ortu, belum bisa saya boyong semua ke tempat saya diboyong suami.

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba saja saya jadi kepikiran untuk menyampuli buku-buku saya. Sebuah pikiran yang langsung nyelonong aja ke otak saya. Dan langsung saya ajukan proposal secara lisan ke suami selaku penyandang dana buat kelancaran sampul menyampul buku itu. Saya mengajukan proposal untuk membeli sampul plastik, isolasi dan tempat buat naruh isolasi itu (entah apa namanya), jadi saya tidak perlu repot lagi menggunting isolasi yang saya pakai buat menyampul buku.

Continue reading

Di mana Saya Membeli Buku Secara Online?

Beberapa teman pernah bertanya pada saya, di mana biasa saya membeli buku secara online atau dalam bentuk pertanyaan apa toko buku online yang bisa saya rekomendasikan? Jika pertanyaan itu muncul maka jawaban saya yang pertama adalah bukukita.com. Ini murni postingan ingin berbagi, saya nggak dibayar kok oleh pihak bukukita :p

Kenapa bukukita? Karena bukukita merupakan toko buku online pertama di mana saya membeli buku online. Sekitar tahun 2009 kalau tidak salah pertama kali saya bertransaksi di Bukukita. Awalnya saya juga bingung menentukan di mana saya bisa membeli buku online. Saya masih ingat saat itu saya bertanya di Multiply. Ada beberapa jawaban yang diberikan teman-teman dan saya memilih bukukita. Alhamdulillah saya puas akan pelayanan bukukita.

Bagi saya saat itu bukukita lumayan lengkap, cara pembelian yang lumayan mudah dengan memasukkan buku ke keranjang belanja, pilihan buku yang lumayan lengkap, ongkir yang lumayan murah (kalau tidak salah menggunakan layanan TIKI Reg), dan tentu saja tidak ada penipuan atau barang tidak datang. Oh ya, satu lagi, diskonnya lumayan bisa menutupi ongkir kalau kita beli banyak sih.
Continue reading

Resensi Pangeran Bumi, Kesatria Bulan di Koran Jakarta

Alhamdulillah, Sabtu 9 Agustus 2014 resensi saya dimuat lagi di rubric Parade Koran Jakarta. Sebenarnya kemarin itu sempat malas banget nulis resensi lagi. Namun, saya diliputi perasaan bersalah karena kalap beli buku sebelum Ramadan dan sewaktu Ramadan di Jakarta kemarin. Jadi dengan iming-iming ntar kalau resensi dimuat saya bisa dapat honor, maka saya mulai menarikan jemari saya di atas keyboard. Oh honor, kau memang penyemangatku. Hihihi….

image

Merindukan mereka saat mudik kemarin

Saya membaca buku Pangeran Bumi, Kesatria Bulan saat lagi mudik di kampong halaman saya, Barabai. Biasanya kalau mudik lebaran saya nggak pernah selesai baca satu buku pun. Kemarin karena jeda antara lebaran dan waktu balik lumayan lama, plus saya lagi libur shalat dan jaringan internet lagi nggak bisa diajak bekerjasama karena lelet luar biasa, jadi deh saya lancar baca bukunya. Dua buku yang saya bawa semuanya tandas saya selesaikan. Saya juga merindukan buku-buku yang saya tinggalkan di Balikpapan dan Handil.

Continue reading

Rectoverso, Sebuah Catatan yang Tertunda

Kemarin saya nonton film yang berjudul Rectoverso, film yang diangkat dari karyanya Dee. Ada 5 cerpen yang difilmkan. Tiap cerpen di lagu itu juga ada lagunya masing-masing. Sebagian dari kita mungkin tak asing dengan lagu yang berjudul Malaikat Juga Tahu dan Firasat. Itu dua dari lima cerita yang diangkat ke dalam film.

Saya sendiri punya bukunya, kumpulan cerpen yang berjudul Rectoverso. Tak semua cerita yang ada di buku itu saya baca. Malahan ada cerpen yang baru saya baca setelah selesai menonton filmnya. Untuk memperjelas jalan cerita.

Baik buku maupun filmnya yang jadi juara bagi saya adalah Malaikat Juga Tahu. Baik cerpen atau pun filmnya sukses membuat saya mewek. Saat abang mengamuk karena kehilangan cintanya dan bagaimana bunda menenangkan dan memeluk abang. Saat bagaimana bunda menatap abang dengan mata penuh luka. Ditambah lagi dengan adanya suara Gleen Fredly menyanyikan Malaikat Juga Tahu. Continue reading

Mei 2014 adalah Bulan Buku

Saya mencanangkan Mei 2014 adalah bulan buku. Hahaha… Mencanangkan sendiri kok, tidak bekerja sama dengan lembaga apa pun. Kenapa keputusan mencanangkan mei sebagai bulan buku itu muncul? Berikut saya ceritakan sejarahnya. *Kayak orang penting aja elo, Yan? :p*

Semenjak pertengahan Oktober 2013, saya dan suami menjalani episode LDR dikarenakan suami menjalani pekerjaannya di proyek lepas pantai yang tidak memungkinkan saya untuk ikut serta ke sana. Padahal saya pengin ikut, kan lumayan buat foto-foto buat dipajang di instagram atau blog :p

Selama suami di tengah lautan sana, saya pun selalu mudik ke rumah ortu. Kadang kalau suami off, saya yang menyusul beliau ke Kaltim. Atau pernah suami sementara kerjanya di daratan, saya pun pulang juga ke rumah kontrakan kami. Pernah juga saat suami off, beliau yang mendatangi saya ke rumah mertuanya alias ortu saya. Continue reading

Ibu Sayang Kamu (Kisah Nyata Perjuangan Kasih Sayang Ibu)

Apa yang dilakukan anak-anak zaman sekarang jika mereka diberi kado ponsel dengan layar hitam putih, cuma bisa sms dan telponan, sudah tidak beredar lagi di pasaran dan tidak ada permainan flappy bird? Mungkin kado itu bakalan ditolak oleh mereka. Tapi, tidak demikian dengan Mei Hwa. Seorang gadis kecil berusia 6 tahun di satu daerah di Cina sana. Mei Hwa menerima kado ponsel jadul itu sebagai kado terindahnya yang akan dia jaga sepanjang hidupnya.

Kenapa? Kok gitu sih? Itu karena satu tulisan di ponsel tersebut yang membuka jati diri Mei Hwa. Cerita kemudian bergerak mundur ke belakang. Tentang Sebuah gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter memporakporandakan sebuah daerah di Cina dan menewaskan 10 ribu warganya. Banyak warga yang terjebak dalam reruntuhan bangunan dan juga banyak relawan yang membantu mengevakuasi warga yang terjebak. Salah satu relawan itu bernama Pak Su Hwan. Continue reading

Menguliti Cinta dan Patah Hati

Choi Young Do sungguh salah langkah. Salah satu tokoh dalam drama Korea yang berjudul The Heirs ini tertarik dengan Cha Eun Sang. Dalam ketertarikannya itu, Choi Young Do tidak memberikan pujian dan rayuan tapi malah menimbuni si gadis dengan kengerian oleh sikap bandelnya. Jelas saja, Cha Eun Sang tidak tertarik. Andai Choi Young Do mengubah strategi, memberikan rayuan kepada Cha Eun Sang mungkin akan terlihat hasil yang berbeda.

Rayuan dan pujian memang kerap dinilai sebagai gombalitas semata, tapi semua itu akan membuat seseorang merasa teristimewa jika dilakukan berulang kali. Hal itulah yang disebut kaidah reciprocity effect. Seorang gadis yang mulanya sebal pada pemuda X, tetapi pemuda X selalu rutin menyambangi, memuji berulang-ulang, merayu berulang kali, pada akhirnya perasaan tawar si gadis luntur dan berbalik lunak (Hal 35)
Continue reading

Menyesap Nikmatnya The Mocha Eyes Racikan Aida M.A.

Seorang cowok populer jatuh cinta dengan seorang cewek yang anti sosial. Ketika cowok itu selalu mendapat perhatian para cewek, sementara hanya cewek yang ditaksirnya itu saja yang tidak menunjukkan ketertarikannya. Hal yang sudah biasa kita temukan di fiksi romance kan? Biasa tapi tetap laris manis. Laris manisnya karena mungkin para penikmat fiksi romance ngerasa dekat dengan tokoh si cewek. Ngerasa gue banget gituh. Dan merasa mimpi terwujud dengan ditaksir cowok populer 😀

Hal itulah yang juga diangkat dalam cerita di sebuah novel yang berjudul The Mocha Eyes karya Aida M.A. Walau mengangkat tema percintaan yang sudah lazim, tapi the mocha eyes dikemas dengan sangat cantik oleh penulisnya dengan menampilkan latar belakang di balik sikap anti sosial si tokoh utama dan latar belakang pekerjaan yang jarang diangkat dalam novel sejenis.

Continue reading