Resensi ini dimuat di harian Tribun Kaltim bulan September yang lalu. Setelahnya tidak ada sama sekali resensi yang saya kirimkan. Belakangan malah tidak ada resensi baru yang saya tulis. Hiks. Alasan utamanya sih karena belum ada buku yang tuntas saya baca. Semengat membaca lagi melemah 😦
Resensi buku Namaku Louisa ini saya tulis dalam dua versi. Versi pertama untuk di blog. Bisa dibaca di sini. Versi kedua untuk dikirim ke media. Rajin banget saya dulu, nulis resensi dua versi :p
Waktu resensi ini dimuat saya tepuk jidat sendiri karena merasa khilaf menggunakan kata penderita. Saya masih ingat pernah menonton wawancara seorang tuna netra. Mereka bilang, mereka keberatan disebut penderita karena mereka tidak merasa menderita. Nah kok saya bisa khilaf menyebut penderita di judul? Heuheu… Maafkan kekhilafan saya ini 😦
Baiklah sebelum pengantarnya terlalu panjang, inilah resensi saya yang dimuat di Tribun Kaltim 😀