Alhamdulillah cerpen saya berjudul Kacamata Pak Rusdi dimuat di majalah Bobo minggu kemarin. Rasanya senaaaang sekali. Hihihi… Selalu bahagia kalau ada karya kita dimuat di media, apalagi kalau pertama kali. Wuiiih…. Senaaaang. Rasa senang itu semoga selalu menggerakkan saya buat terus menulis dan mengirimkan karya.
Beberapa teman bertanya tentang bagaimana mengirim cerpen ke majalah Bobo. Infonya banyak bertebaran, tinggal googling aja. Berikut saya lampirkan cara mengirim cerpen ke majalah Bobo yang saya ambil dari fanpage majalah bobo di link ini.
Syarat Teknis Penulisan Naskah Cerita
1. Font: Arial
2. Ukuran font: 12
3. Jarak baris: 1,5
4. Banyak kata: 600 – 700 kata untuk cerita 2 halaman
250 – 300 kata untuk cerita 1 halaman
5. Di bawah naskah cerita tersebut, cantumkan:
a. Nama lengkap
b. Alamat rumah
c. Nomor telepon rumah/kantor/ handphone
d. Nomor rekening beserta nama bank, dan nama lengkap pemegang rekening bank tersebut (seperti yang tertera di buku bank) Untuk pembayaran honor pemuatan dari majalah Bobo.
6. Lampirkan biodata singkat yang berisi poin nomor 5, tempat tanggal lahir, riwayat pendidikan, dan
pekerjaan.
7. Naskah berserta biodata bisa dikirimkan via pos, ke alamat:
Redaksi Majalah Bobo
Gedung Kompas Gramedia Majalah Lantai 4
Jalan Panjang No. 8A, Kebon Jeruk, Jakarta 11530Syarat Umum Penulisan Naskah Cerita
1. Cerita harus asli, tidak menjiplak karya orang lain.
2. Cerita tidak mengandung unsur kekerasaan, pornografi, atau yang menyinggung SARA
(suku, agama dan ras)
3. Tingkat kesulitan bahasa, kira-kira yang bisa dimengerti oleh anak kelas 4 SD.
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik.
5. Kata-kata berbahasa asing/daerah atau dialek tertentu, diketik dengan huruf italic.
6. Alur cerita dan permasalahan cocok untuk anak-anak usia SD.
7. Penulis yang naskahnya diterima, akan mendapat honor setelah ceritanya dimuat, dan kiriman majalah
Bobo sebagai nomor bukti pemuatan cerpen.
8. Naskah yang tidak diterima, tidak akan dikembalikan. Diharapkan penulis menyimpan naskah asli.
9. Berhubung banyaknya naskah yang dikirim ke redaksi Majalah Bobo, maka waktu penantian pemuatan
cerita bisa memakan waktu minimal 4 bulan.
10. Penulis yang ingin menarik kembali naskahnya untuk dikirim ke majalah lain, diharapkan
pemberitahuannya terlebih dahulu ke redaksi Majalah Bobo, agar tidak terjadi pemuatan ganda.
NB : Saya mengirimkan cerpen saya itu lewat pos dan email. Lewat email ke email ini : naskahbobo@gramedia-majalah.com
Update : April 2015 ada satu cerpen saya lagi yang dimuat di Majalah Bobo dan cerpen itu hanya saya kirimkan via email, tanpa melalui pos. Dan dimuat juga. Alhamdulillah 🙂
Nah, berikut cerpen saya yang minggu kemarin dimuat di sana. Hehehe…
Kacamata Pak Rusdi
Oleh : Hairi Yanti
“Buk..” Bunyi hantaman bola di meja Pak Rusdi itu membuat seisi kelas mendadak hening. Chandra, Andi dan Dion yang saling melempar bola bergegas mendekati meja Pak Rusdi. Wajah terkejut mereka bertiga membuat seisi kelas khawatir.
“Kacamata Pak Rusdi pecah.” Andi menunjukkan kacamata yang kaca sebelah kanannya sudah tak berbentuk. Anggit, si ketua kelas langsung maju ke depan. Mengambil dan mengamati kacamata itu dari tangan Andi.
“Ini semua gara-gara kalian.” Seru Anggit.
“Kenapa main lempar bola di jam belajar?” Mereka bertiga diam. Walau Anggit perempuan, tapi ketegasannya lah yang membuat Anggit dijadikan ketua kelas.
“Pak Rusdi datang.” Satu suara mengagetkan seluruh kelas. Mereka langsung bubar dan duduk di bangku masing-masing. Pak Rusdi masuk kelas, berjalan ke arah mejanya. Tadi Pak Rusdi keluar sebentar setelah memberikan tugas. Pak Rusdi mengamati kacamatanya.
“Gimana tugasnya? Sudah selesai?” Pak Rusdi bertanya. Seisi kelas bingung, Pak Rusdi tidak menyinggung soal kacamata.
“Siapa yang mau mengerjakan di depan kelas?” Tiga orang mengangkat tangan, Pak Rusdi menunjuk salah satu dari mereka. Sampai pelajaran berakhir, pak Rusdi tidak menyinggung sedikit pun tentang kacamatanya yang pecah.
Chandra, Andi dan Dion bersorak karena Pak Rusdi tidak marah. Bahkan Pak Rusdi tidak ngomong sama sekali soal kacamatanya yang pecah. Tapi, Anggit tetap kepikiran. Bagi Anggit ini adalah tanggung jawabnya sebagai ketua kelas. Dia tidak berhasil menegur temannya yang bermain saat jam belajar.
“Ngapain sih, Ngit, dibahas lagi. Pak Rusdi aja nggak marah,” protes Chandra saat Anggit meminta mereka berkumpul.
“Tapi kasihan, kan, Pak Rusdi jadi nggak punya kacamata lagi. Aku kan pakai kacamata, jadi tau gimana susahnya kalau nggak pakai kacamata,” seru Anggit sambil membenarkan letak kacamata di atas hidungnya. Beberapa teman terlihat melirik ke arah Anggit terutama kacamatanya.
“Kita harus patungan buat gantiin kacamata Pak Rusdi. Teman-teman yang lain patungannya suka rela. Setelah dikumpulkan baru kita hitung. Kekurangannya nanti aku, Andi, Chandra dan Dion yang bertanggung jawab.” Anggit mengumumkan keputusannya.
“Kenapa harus Anggit? Anggit kan nggak ikut main lempar bola?” Seorang teman bertanya heran.
“Itu karena aku ketua kelas. Seharusnya kemarin aku negur mereka bertiga langsung. Tapi karena aku nggak negur jadi mereka tetap main. Jadi aku tetap ikut bertanggung jawab.” Teman-teman terdiam. Karena itulah mereka dari kelas 4 selalu memilih Anggit menjadi ketua kelas. Tanggung jawabnya dapat diandalkan.
“Setuju kan kita patungan?” Tanya Anggit lagi. Teman-teman mengangguk setuju.
“Waktunya seminggu dari sekarang, ya,” ucap Anggit lagi.
Seminggu berlalu, uang hasil patungan sudah terkumpul. Anggit, Dion, Chandra dan Andi menutupi kekurangan uang itu. Kemarin Anggit bertanya ke toko kacamata harga kacamata. Dan uang yang terkumpul masih kurang dari harga kacamata seperti yang dipakai Pak Rusdi.
“Kita tetap serahkan ke Pak Rusdi. Ini usaha kita buat menggantinya,” kata Anggit. Teman-teman mengangguk setuju.
“Kalian,” Anggit menunjuk Dion, Chandra dan Andi. “Ikut aku ke depan kelas menghadap Pak Rusdi dan mengakui kesalahan kalian.” Mereka bertiga pun setuju.
Teman-teman Anggit sudah duduk rapi sebelum Pak Rusdi masuk kelas. Begitu Pak Rusdi masuk kelas, mereka semua kaget. Pak Rusdi sudah memakai kacamata baru. Tapi Anggit tetap maju ke depan kelas bersama Dion, Chandra dan Andi.
“Minggu kemarin mereka bertiga bermain bola waktu Bapak keluar kelas dan kemudian kena kacamata Bapak dan pecah.” Anggit berkata pada Pak Rusdi. Dion, Chandra dan Andi meminta maaf.
“Ini uang hasil patungan kami buat mengganti kacamata Pak Rusdi,” ucap Anggit sambil menyerahkan uang yang sudah disiapkan Icha di dalam amplop. Pak Rusdi tersenyum lebar melihatnya.
“Ah, Bapak senang sekali menerimanya,” kata Pak Rusdi.
“Bukan menerima yang ini,” Pak Rusdi menyodorkan kembali amplop uang itu kepada Anggit. Anggit berkerut kening karena heran menerimanya.
“Tapi Bapak senang karena menerima pengakuan dan permintaan maaf dari kalian. Bapak memang sengaja diam dan menunggu kalian mengaku. Sampai seminggu ternyata belum ada yang ngaku. Ah, ternyata kalian menyiapkan gantinya ya.” Pak Rusdi tertawa.
“Sudah, uangnya masukin kas saja. Atau nanti kita belikan bahan makanan dan kalian masak-masak di rumah saya waktu hari minggu.” Seisi kelas bersorak senang. Mereka pernah bikin acara masak-masak di rumah Pak Rusdi. Istri Pak Rusdi pandai memasak, masakannya selalu enak.
“Tapi, bapak kan harus beli kacamata baru. Uang ini gantinya,” kata Anggit tetap menyodorkan amplop berisi uang.
“Kacamata Bapak yang pecah itu sudah tua, Anggit. Memang sudah waktunya diganti.” Anggit pun lega mendengarnya. ***
Bagus mba, banyak pelajaran yang bisa diambil dari ceritanya… 🙂
Makasiiih, Mbak 🙂
masih pakai pos lah
Iya, Kak. Jar bila pakai pos lebih dapat perhatian dari redaksinya. Soalna yg ngirim buanyak banar jar..
ooo. gambarnya lucu lah. ku paling ketuju mun tulisan dimuat tu lawan ilustrasinya. rasanya kyp tu nah melihat cerita kita ada gambarnya 😀
Inggih, Ka. Ulun nangis dah pas melihat ilustrasinya. Hahaha.. Nangis kahimungan :p
Keren, ih..
Makasiiih 🙂
Cerpennya bagus dan artikel ini lengkap banget Mba Yanti. Salut. Makasih Mba informasinya. Siapa tahu suatu saat bisa bikin cerpen. Hehehehe.
Makasiiih, Mas Dani. Ayo coba kirim, Mas. Nanti dibaca Aaqil kalau dah bisa baca 🙂
ditunggu kabar gembiranya lagi Mbaaak ^^
Hihihi.. Iya nih, senang berbagi kabar gembira 😀
makasih infonya ya
wa kereennn, aku jg pengen bisa nulis cerita anak
Yuk nulis cerita anak. Bu dokter pasti bisa 😀
iya kapan2 mba 😀
wah terimakasih sekali sharing nya ya…
Sama2, Mbak 🙂
Aaaakkk, selamaaaat ya maaak… Rasakan Sensasi tulisan dimuat di media mainstream :))
Hihihi… Makasiiih, Mak. Pengin nembuss Jawa Pos, Maaaak…. :))
Waaah… bagus ceritanya…
*lupa*
Salam kenal… 🙂
Terima kasih. Salam kenal juga 🙂
🙂
Ceritanya bagus banget mak, yang baca pasti senang dan pesannya dapat,
*mantan penggemar Bobo, tapi ga bisa bikin cerpen 😦
Terima kasiiiih.. Sy juga penggemar Bobo sejak dulu 😀
terima kasih sharingnya 🙂
Sama2, Mbak 🙂
Makasih share nya mak…lagi belajar nulis cernak 🙂
Sama2, Mak. Sama2 belajar ya 🙂
seru ceitanya dan banyak pelajaran.
selamat ya mak!
Makasiih, Mak 🙂
bagus sekali
Alhamdulillah.. Makasih, Mak 🙂
salam kenal mak..saya udah baca mak..suka ceritanya, saya masi langganan majalah Bobo sampe sekarang walau sekarang buat anak2 he he he
Waaah… Asyiknya masih langganan Bobo. Saya cuma beli sesekali. Makasih ya mak suka ceritanya. Semoga anak2nya juga suka.. 🙂
keren.. makasih sharingnya,semogabs ikut jejak mak yanti hehe..
Aamiin… Yuk, Mak, sama2 belajar kita 🙂
Waah bagus bgt ceritanya mak. Sukaaa.
Salam knl yaa
Makasiiih, Mak. Salam kenal jugaa 🙂
ceritanya ringan, tidak terlalu panjang tapi ngena banget. dibaca pun enak mba yanti. ajarin dong bikinnya?
Halo mbak Dwi… Saya tulis di sini ya https://coretanyanti.wordpress.com/2015/02/12/belajar-menulis-cerita-anak/ Semoga bermanfaat 😀
pak bagus sekali ceritanya ,untuk kirim via email subject nya apa ya ?
Haloo.. Saya wanita. Bukan bapak2 😀
Subject nya terserah saja. Sy kmrn cuma kasih subject cerpen untuk Bobo.
wah artikelnya membantu sekali mbak, apalagi saya juga suka bikin cerpen. ada niatan mau kirim ke Bobo juga, tapi masih bingung. jadi kita kirimnya lewat pos dan dua alamat email itu? atau emailnya cukup salah satu saja?
mbak dulu masa penantiannya berapa lama?
Iya. Saya dulu kirim pakai email, trus dikirim lagi pakai pos. Alamat emailnya saya pakai keduanya. Kan bisa pakai cc dan bcc. Masa penantian 1 tahun. Sy kirim november 2013, kirim 5 cerpen sekaligus dalam satu amplop dan dimuat 3 cerpen di bulan nov dan desember. 2014
Iya. Sy kirim pakai pos dan email. Emailnya sy pakai keduanya juga. Kalau mau satu aja pilih yg naskah bobo. Penantiannya satu tahun. Yg kedua dan ketiga malah satu tahun lebih.
keren tuh ceritanya kalo saya belom bisa bikin cerpen -.- oh ia itu ilustrasinya kita yang buat atau dari redaksi yang ngedit mba?
Dari redaksinya mbak. Kita cuma ngirim cerpen aja 🙂
Bagus mbak..
Saya juga pengen ngirim cerpen ke bobo sejak kelas 5 SD. Tapi gak percaya diri. Sekarang uda kelas 2 SMA, masih punya keinginan tapi masih belum pede sama penulis senior.
Mending kirim naskah lewat pos atau email yah mbak?
kalau post Berupa soft file plus lembaran naskah? Kirim berapa naskah mbak? Maaf banyak tanya. Hehehe…
Sy kirim tahun 2013 5 cerpen. Kirim pakai pos dan email. Alhamdulillah dimuat 3 cerpen. Kirimnya cerpen yang sudah di print kalau lewat pos. Tahun 2014 sy kirim via email aja. Dan dimuat juga. Jadi coba aja cara dua-duanya. Semangat ya. Kirim terus, jangan ditungguin 🙂
Jangan minder sama senior. Hehehe… Pede aja. Bobo lihat tulisan kamu. Bukan nama kamu. Kalau tulisan kamu bagus, dimuat insyaAllah 🙂
kalau mau ngirim cerpen, apakah cerpennya harus ada gambarnya?
Tidak perlu. Bobo punya ilustrator buat bikin gambar. Kita hanya kirim tulisan saja 🙂
Ooo ya, makasih buat infonya.
masih berlaku kan kak sampai saat ini ?
Masih 🙂
mbak honor yang di dapat berapa?
250 ribu
kak kalo lewat email, ukuran font nya juga sama?
Iyaa. Samakan aja 🙂
Oh makasih ya kak!! Do’ain smoga cerpenya di terima 🙂
Aamiin. Semangat ya 🙂
izin bertanya, setelah mbak ngirim cerpennya, dimuatnya setelah berapa lama? terima kasih
Ada yg 6 bulan, ada yg satu tahun, ada juga satu tahun lebih.
Ada juga yg sampai sekarang belum dimuat 🙂
Kak mw tanya, konfirmasi dr bobo tentang crpen yg kita krm lwt apa ya? Trs kalau kita krm sekaligus 5 cerpen, apa pemuatanya satu2?
Kalau pertama kali dimuat biasanya ditelpon kakak redaksi Bobo. Kalau soal pemuatan itu bisa tanyakan ke redaksi Bobo ya. Pengalaman saya, saya kirim 5 cerpen dan dimuat 3. Dimuatnya satu2.
biodata termasuk 600-700/250-300 kata itu gk?
Ga termasuk.
Saya juga penggemar majalah Bobo sejak TK, jadi ingat dulu selalu baca bergantian dengan kakak saya, sampai berantem :’D
Sekarang saya sudah kelas 3 SMA dan mau mencoba mengirim juga ke majalah Bobo, sambil menanti pengumuman PTN mungkin waktu satu tahun jadi tidak terasa, semoga bisa dimuat juga seperti mbak;)
Terimakasih banyak ya mbak atas infonya. Sukses selalu 😀
Selamat mencoba, Sani. Semoga bisa dimuat juga 🙂
Halo Mba, salam kenal, saya lagi iseng cari info tentang majalah bobo dan buka blog ini, trimakasih infonya 🙂 oia ceritanya bagus sekali 🙂
Btw bole tanya”, belajar menulis cerpen otodidak kah? Hehe.. Soalnya saya pecinta bobo waktu kecil, pernah bikin cerpen juga ke satu majalah tp ditolak 😀 dan sekarang pengen coba lagi, hehehe. Cuma skill ngga upgrade 😀 trimakasih banyak sebelumnya.
Halo, salam kenal juga. Terima kasih sudah mampir di blog saya. Untuk cerita anak, saya ikut kelas menulis online di facebook. Di antaranya sama mbak Nurhayati Pujiastuti dan kang Ali Muakhir 🙂
Baiklah terimakasih 🙂
nunggu berapa lama mbak?
Ada yg 1 tahun, ada yg 1 tahun 1 bulan, ada yg 6 bulan. Itu kalau saya.
dapet hadiah gak mbak? berapa?
Dapat honor. 250 ribu.
Makasih infonya, dik… ini anak-anak sudah provokasi Umminya untuk banyak-banyak nulis cerita konsumsi anak-anak 😀
Sama2, Mbak. Wah… Saingan berat nih kalau mb Yeni juga nulis cernak. Hihihi
Wah, keren. Btw, itu kalau via email, biodata sama naskahnya itu dijadiin 1 file ms.word apa dipisah ya?
Jangan dipisah, nanti kangen. Hehehe… Gabungin aja biodata dengan naskahnya dalam satu file word
kak apakah mengirimnya harus dengan pos?
Bisa pakai email aja
untuk biodata singkat itu, apakah harus berbentuk narasi?
Tidak. Saya biasanya tak berbentuk narasi.
Nama :
Alamat :
Nomor rekening :
Dan sebagainya…
mba..
aku boleh minta alamat email mba ga? mau tanya2 eheheh 🙂
Boleh, mbak. Silakan email ke yant165@yahoo.com ya 🙂
Mbak, ngirim naskah itu pakai amplop apa? Pakai perangko kah?
Amplop cokelat biasa. Pakai kilat khusus. Tapi pakai email aja juga bisa kok. Ke naskahbobo@gramedia-majalah.com
kak, apakah ada batas umur u/ mengirim naskah?
Hai Fifi, saya tidak pernah lihat ada ketentuan harus umum berapa. Jadi bebas aja sepertinya..coba kirim aja ya 🙂
salam knl mbak. mbak klo saya langsung ngirim 3 cerpen, lalu biodatanya satu untuk 3 cerpen itu bisa ga ya mbak???
Jangan, Dek. Setiap cerpen, satu biodata ya. Di setiap akhir cerpen, sertakan biodata kamu. Jangan dipisah dari cerpennya.
mba apa kita harus nunggu 4 bulan setelah kita mengirim cerpennya ke majalah bobo? cerpen mbak di muat setelah menunggu berapa bulan/minggu?
Ada yg satu tahun, ada yg satu tahun lebih. Semuanya lebih dari 4 bulan. Paling cepat 6 bulan. Itu pun baru satu kali. Kebanyakan setahun 🙂
Kalau ngirim lwat pos ke alamt mana mbak
Di tulisan di atas sudah disebutkan. Sila dibaca dengan seksama 🙂
selain cerpen bisa ngirim tulisan tulisan lain lg ga?? seperti puisi??
Bisa untuk anak SD. Syaratnya bisa lihat di majalah Bobo
Wah, jadi kakak ini yg bikin cerita itu. Aku masih inget gimana ceritanya loh. Aku suka sama cerita kakak. Semoga blog kakak sukses ya. Kirim cerita lagi ya, kak ke bobo
Terima kasih sudah suka cerita saya. Iyaa.. semoga Bobo mau memuat cerita saya lagi 🙂